ARTIKEL KEROHANIAN

[Paskah] [Natal] [Pujian] [Lainnya] [Home]


DAFTAR ISI

Pengantar
Paskah

Duka yang Membahagiakan

Natal dan Tahun Baru

Bingkisan di Natal Pertama

Refleksi di Akhir Tahun

Pujian

Mengapa Kita Memuji Tuhan

Syarat Nyanyian Yang Baik

Lain-Lain

Kelompok Tumbuh Bersama (KTB)

Kelompok Kecil

Kita Satu oleh Kasih


PENGANTAR

Artikel dalam homepage ini merupakan artikel yang pernah ditulis baik secara individu maupun kelompok serta pernah dimuat dalam berbagai media maupun yang tidak (hanya untuk kalangan terbatas). Untuk tahap awal akan dibatasi untuk tulisan yang pernah dimuat dalam Buletin "Rhema" yang diterbitkan oleh Komisi Pemuda Gereja Kristen Kalam Kudus Jayapura (GKKKJ). Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan batasan secara khusus dalam penyajian informasi. Untuk mendapatkan yang selengkapnya dapat menghubungi langsung redaksi "Rhema" baik via surat, e-mail maupun telepon berikut:

Alamat:
Redaksi Rhema
d.a. Komisi Pemuda Gereja Kristen Kalam Kudus
Jl. Ardipura 50 Jayapura Irian Jaya - Indonesia
phone/fax: +62 967 534039

Namun demikian, ada beberapa tulisan yang merupakan bahan dalam pelatihan dasar. Bahan tersebut disusun secara khusus untuk kalangan terbatas yang digunakan untuk berbagai pelatihan. selain itu juga adalah tulisan yang diterbitkan dalam buletin "Tutur Kasih", yang khusus diterbitkan untuk kerohanian Kristen dan Katolik - BPS Jakarta.

Kembali


PASKAH

DUKA yang MEMBAHAGIAKAN

Mungkin kita sering mendengar sebuah judul karya Sastra pada Jaman Balai Pustaka (angkatan 1920-an) yang berjudul "Sengsara Membawa Nikmat". Dalam karya sastra tersebut diceritakan tentang perjuangan anak manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan kesulitan tetapi pada akhirnya memberikan hasil yang menggembirakan. Atau cerita-cerita klise yang diangkat dalam Sinetron atau telenovela saat ini. Inti cerita yang diangkat tak lain dan tak bukan adalah sekitar kehidupan yang sulit, yang penuh dengan duka ini akhirnya dapat membawa kebahagian.
Paskahpun dimulai dengan hal yang sama. Jika kita mengingat peristiwa Paskah maka kita tidak akan terlepas dari kenyataan bahwa pada awalnya adanya suatu kesulitan dan duka sebelum membawa manusia pada suatu kebahagiaan. Paskah, yang diawali dengan 10 Tulah Tuhan atas bangsa yang tidak percaya (yaitu bangsa Mesir), akhirnya membawa kebahagiaan bagi bangsa Israel yang dibebaskan dari tanah perbudakan Mesir.
Tuhan mengatur kehidupan ini dengan sangat indah. Tanpa mengajak berandai-andai tapi kita tahu bahwa tanpa jeritan dan permohonan bangsa Israel maka Paskah tidak akan ada (bdn. Kel 3:7-10). Tuhan yang maha memperhatikan penderitaan dan sengsara umatNya itu telah membawa bangsa Israel keluar dari negeri yang menindas mereka. Penindasan yang dihadapi oleh bangsa Israel itu merupakan gambaran tentang penindasan yang dialami umat Tuhan di dunia ini. Baik penindasan secara fisik maupun secara moral.
Penguasa-penguasa hulu angkasa, yaitu roh-roh jahat, iblis, dan segala macam antek-nya telah berusaha menindas kehidupan umat Tuhan. Contoh yang sederhana yang kita hadapi saat iniadalah bergesernya nilai keimanan karena telah memasuki dunia sekuler, dengan semakin banyaknya tindak kejahatan yang terjadi disekitar kita, penyalahgunaan narkoba, bahkan sampai acara-acara di TV yang mulai menggeser nilai keimanan.
Adakah peran baik dari kuasa kegelapan dalam mengenal akan Tuhan ? Tentu kita semua percaya bahwa setan, sang hulu kuasa kegelapan, adalah seteru Tuhan. Bagaimana mungkin seteru Tuhan itu menjadi sekutu anak-anak Tuhan ? Sedangkan dalam kenyataan sehari-hari kita disajikan dengan cerita-cerita tentang kebaikan hulu kuasa kegelapan, yang sebenarnya adalah semu. Belum lagi, ketika melihat dunia sekuler yang lebih banyak dikuasai oleh Pantheisme, New age Movement (Gerakan jaman baru), Liberalisme, dan sebagainya. Ini merupakan tantangan yang membawa duka umat Tuhan, tapi kita perlu percaya bahwa itu akan membahagiakan kita. Bagaimana dengan Paskah ? Paskah pun telah mengingatkan kita bukan saja pada keluarnya bangsa Isreal tetapi juga pada kematian dan kebangkitan Kristus yang menyelamatkan umat manusia. Bukan suatu kebetulan jika peringatan Paskah dan kebangkitan Tuhan Yesus terjadi pada waktu yang bersamaan.
Setiap kita mendengar kematian, selalu kita berkata sedang kedukaan, dan kemudian kita katakan turut berduka. Kematian itu selalu berkonotasi dengan suatu kedukaan. Tidak ingatkah kita dengan peristiwa di Golgota, yaitu kematian Yesus di atas kayu salib ? Tentunya ada duka yang mengalir dalam sanubari kita, karena Yesus yang sangat baik kepada kita itu telah mati. Terlebih lagi kematian itu terjadi karena untuk membela kita.
Paskah merupakan pernyataan kemerdekaan (Proklamasi) bagi umat Tuhan atas penindasan dosa. Dunia saat ini sedang berusaha untuk menindas umat Tuhan. Tetapi ingatlah bahwa peristiwa golgota telah menyelesaikan penindasan itu. Bahkan sampai dengan upah dari dosa yaitu maut (Roma 6:23) juga telah dikalahkan dengan kebangkitan Kristus.
Sekali lagi duka yang terjadi pada Paskah ini telah membawa kebahagiaan bagi umat Tuhan. Maut telah dikalahkan, itulah jawabannya. Bagaimana dengan kita saat ini ? Apakah Paskah ini membawa kita pada duka ataukah kebahagiaan ataukah kita tidak merasakan apapun ?
[Diterbitkan dalam Tutur Kasih Edisi Paskah 2000]

Kembali


NATAL dan TAHUN BARU

Bingkisan di Natal Pertama

Pembacaan Alkitab : Matius 2:1-12;Lukas 2:8-19

Pada Natal tahun ini, Pembinaan Rohani Kristen (Katolik dan Protestan) mengambil tema natal tentang persatuan dan kesatuan. Hal inilah yang tergambar dalam Natal pertama di Betlehem. Pada Natal itu terdapat dua kelompok/golongan orang yang berbeda yang dapat disatukan oleh Kristus di Betlehem. Terdapat cukup banyak perbedaan yang dapat kita ambil sebagai bagian dari perbedaan yang ada di Indonesia ini.

Orang Majus merupakan orang yang berasal dari negeri timur (diperkirakan dengan Babel), sedangkan gembala di Efrata tak lain adalah orang Yahudi sendiri yang notabene adalah orang Israel. Perbedaan kewarganegaraan (bangsa atau suku bangsa) ini tidak menjadikan suatu permasalahan untuk dapat datang kepada Kristus. Jika kita memberikan gambaran ini bagi bangsa Indonesia, tentunya kita melihat berbagai perbedaan suku bangsa yang selama ini seringkali memicu permasalahan dibeberapa wilayah seharusnya sudah tidak terjadi lagi.

Dalam tradisi dan budaya Yahudi, gembala seringkali digambarkan sebagai orang yang tersisih, yang dicurigai oleh orang-orang tertentu karena kehidupannya diluar rumah. Sedangkan orang Majus adalah gambaran kalangan terhormat, yang diindikasikan dengan tidak ragu-ragunya ia menghadap Herodes dan persembahannya yangcukup mahal. Perbedaan status sosial merupakan gambaran kedua di Natal pertama. Tetapi perbedaan tersebut tidak menjadi penghalang atau alasan untuk tidak bersatu.

Gambaran ketiga sebagai bingkisan di Natal pertama, adanya perbedaan kepercayaan. Orang Majus adalah orang-orang yang menyembah kepada illah-illah lain, dan ia adalah ahli nujum. Sedangkan gembala yang tak lain bangsa Israel adalah orang yang menyembah Yahweh. Ternyata pada Natal pertama perbedaan agama/keyakinan bukan merupakan halangan bagi orang untuk datang kepada Kristus.

Selanjutnya, sebagai gambaran keempat adalah adanya perbedaan tanda atau informasi. Orang-orang Majus mengetahui kedatangan Kristus karena adanya tanda bintang. Sedangkan Gembala mengetahui karena pemberitaan Malaikat Tuhan di padang Efrata. Dengan demikian, tanda-tanda kedatanagn Kristus di Natal pertama itu diberitakan dengan cara yang berbeda. Walaupun demikian, kedua kelompok inipun dapat berkumpul bersama di kandang Betlehem.

Perbedaan yang lain adalah berbedaan bahasa, budaya, dan masih banyak lagi yang lain. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak menjadi penghalang untuk datang kepada Kristus. Inilah anugrah Allah dan karya penyelamatan di malam Natal pertama.

Bangsa Indonesia, yang menyatakan satu tanah air, bangsa, dan bahasa, mengapa masih mengunggulkan perbedaan-perbedaan, dan memunculkan isu SARA sebagai bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadikanlah Natal 1999 ini sebagai awal dari Millenium III yang meniadakan perbedaan.

Akhirnya Selamat Natal 1999 dan Tahun Baru 2000, biarlah Natal ini membawa damai sejahtera bagi kita semua.

[Diterbitkan dalam Tutur Kasih Edisi Desember 1999]

Kembali


Refleksi di Akhir Tahun

Setiap bulan Desember, akan nampak suasana seperti pada tahun-tahun yang sebelumnya, yaitu adanya keindahan pohon terang alias pohon natal yang diwarnai dengan kerlap kerlipnya lampu, dan hiasan-hiasan natal. Ditambah lagi dengan terdengarnya kidung natal, dan hampir kotbah berbicara sekitar kedatangan Kristus di dunia.

Lalu, apa artinya semua ini? Apakah natal hanya merupakan tradisi Kristen yang dirayakan dari tahun ke tahun ? Kata natal dapat diartikan kelahiran, dan ini memiliki arti yang luas.

Natal bagi orang Kristen memiliki makna yang sangat dalam yaitu awal dari bukti tentang cinta kasih Tuhan kepada manusia. Masa persiapan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia diperingati melalui masa advent (masa penantian) selama 4 minggu lamanya.

Jelas sekali bahwa kelahiran JuruSelamat merupakan penggenapan dari segala janji Allah oleh karena kasih-Nya yang demikian besar untuk menyelamatkan kita, orang-orang berdosa dan memulihkan hubungan Allah dengan manusia serta manusia dengan manusia. KedatanganNya selain mencari dan menyelamatkan yang hilang, juga membawa damai.

Bagaimana Sikap Kita menyambut kedatangan Putera Natal itu ? Biasanya bila seseorang berulang tahun, kita memberi ucapan selamat, mendoakannya, bahkan memberi hadiah. Lalu, hadiah apa yang dapat kita berikan kepada-Nya ? Ia tak menuntut banyak, karena Ia sumber segalanya. Biarlah kita mempersembahkan yang terbaik, yaitu seluruh kehidupan kita untuk kemuliaanNya. Itulah emas, kemenyan, dan mur.

Syukur kepada Allah yang telah melawat dan memberi kelepasan, yang senantiasa menjaga umatNya dari waktu ke waktu dan tidak terlelap dan tidak tertidur (Mazmur 121:1-8)

Bila kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melanjutkan perjalanan kehidupan ini, berarti masih ada tugas dan tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada kita. Karena itu, pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:16), dan biarlah kita boleh berkata seperti pemazmur dalam Mazmur 90:12, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati yang bijaksana"

Berilah persembahan yang terbaik bagi Tuhan pada hari Natal

[Diterbitkan dalam Rhema Edisi Desember 1997]

Kembali


PUJI-PUJIAN

Mengapa Kita Memuji Tuhan ?

Dasar-Dasar Alkitabiah mengapa kita memuji Tuhan haruslah dimiliki oleh setiap orang Kristen, terlebih lagi oleh MC ibadah. Setidak-tidaknya terdapat delapan alasan mengapa kita memuji Tuhan, yaitu:

a. Tuhan itu adalah Allah
Kata Tuhan (Yehova, Lord, Rabb, Adonai) memiliki arti yang berbeda dengan kata Allah (dalam pengertian Yahwe, God, Illah, Elohim). Karena Tuhan itu adalah Allah, maka sudah selayaknya bila kita memuji Tuhan. (baca: Ulangan 5:2,5; Mz 100:3;Mz 104:33)

b. Allah itu Maha Besar dan Maha Mulia
Terkait dengan kenyataan bahwa Tuhan itu adalah Allah, maka kita perlu menyadari bahwa Allah itu Maha Besar baik itu kuasa, kasih, anugerahNya kepada manusia (Yoh 3:16), dan ia adalah Raja seluruh Bumi (Mz 47:3) yang empunya bumi serta segala isinya (Mz 24:1). Selain itu Ia adalah Raja Kemuliaan (Mz 24:8,10). (Bnd. Why 5:12)

c. Memuji Tuhan merupakan Perintah Tuhan
Ulangan 10:20-21 Musa mengungkapkan bahwa Allah sebagai pokok puji-pujian. Dan pemazmur dalam Mz 150:6 menekankan bahwa "Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan". Tuhan tidak menekankan secara khusus bahwa manusia harus memuji Dia, tetapi Tuhan sangat berkenan akan puji-pujian.
Nyanyian juga dapat melembutkan perasaan, sikap, dan temperamen seseorang. Hal ini sangat dikehendaki oleh Tuhan. Dengan demikian setiap oran percaya sudah sepatutnya sadar akan perintah yang halus ini. (Baca: Mz 104:33)
Untuk lebih meperdalam perlu ada pembahasan tersendiri.

d. Percaya
Alasan keempat mengapa kita memuji Tuhan adalah karena kita percaya. Karena kita telah diangkat sebagai anak Allah (Yoh 1:12) maka sudah selayaknya kita memuji Tuhan yang telah mengangkat kita.

e. Penuh Syukur
Setiap orang yang memiliki rasa syukur kepada TUhan akan senantiasa tidak kekurangan puji-pujian. Baik itu berupa berkat jasmani maupun rohani. (Bnd. Luk 17:17).

f. Cinta
Kid. 8:6-7 menggambarkan tentang kekuatan cinta. Seorangyang memiliki rasa cinta kepada Tuhan akan senantiasa memuji-muji Tuhan yang dicintainya itu. Seperti halnya seorang ibu yang selalu memuji-muji anak yang dicintainya.

g. Mengenal Tuhan
Rasa ingin memuji terlahir dari sikap pengenalan kita terhadap seseorang. Demikian juga pengenalan kita terhadap Tuhan akan menimbulkan sikap untuk memuji-muji Tuhan.

h. Persembahan
Memuji Tuhan memiliki makna yang sangat besar bahkan dibandingkan dengan korban bakaran. (Baca dan renungkan: Mz 69:31-32)

[Materi selengkapnya dapat menghubungi Pengelola ]

Kembali


Syarat Nyanyian Yang Baik

Menurut Wacthman Nee, terdapat tiga syarat Nyanyian yang baik, yaitu:

a. Memiliki Dasar Kebenaran.
Dasar kebenaran dalam hal ini adalah Alkitab. Pujian yang tidak bertentangan dengan FA dan yang mengacu pada FA pada dasarnya baik. Namun demikian juga harus jelas arah, tujuan, dan pengajarannya.

b. Memiliki Bentuk dan Konstruksi.
Nyanyian yang tanpa bentuk dan konstruksi bukanlah sebuah nyanyian, tapi lebih tepat dikatakan sebagai igauan. Hati-hati terhadap nyanyian yang tidak memiliki bentuk dan konstruksi ini. Pada umumnya nyanyian ini diakibatkan emosi semata tanpa adanya pengertian.

c. Dapat Menjamah Realitas Rohani.
Nyanyian yang baik adalah yang dapat menyatakan keberadan kerohanian. Bila nyanyian itu untuk suatu yang senang maka patut kita nyanyikan dengan senang, bila untuk penyembahan sudah selayaknya kita nyanyian dengan penuh hormat.

[Materi selengkapnya dapat menghubungi Pengelola ]

Kembali


LAIN-LAIN

Kelompok Tumbuh Bersama (KTB)

Setahun yang lalu (Oktober 1996) Rhema pernah mengangkat Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) sebagai topik utama yang diberi judul "Mengapa Harus Ada KTB?". Sebagai tindak lanjutnya telah diadakan kelas pembinaan pemuda (PA) yang biasanya dilaksanakan pada hari Sabtu pertama dan ketiga.

Pada kelas pembinaan bulan September yang lalu, tepatnya pada tanggal 13 September 1997 telah diberikan penjelasan lanjutan tentang KTB dan rencana pembentukan KTB (Doakan !!).

Untuk mengingat dan lebih mengenal apa itu KTB, mengapa perlu ada KTB, dan pentingnya pembinaan Iman lewat KTB, berikut ini dijelaskan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian.

Dasar KTB. Dalam Matius 18:20 disebutkan "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada ditengah-tengah mereka". Ayat ini merupakan dasar pembentukan dan perse-kutuan melalui KTB.

Tujuan KTB. Secara umum KTB memiliki tujuan agar setiap orang Kristen siap menghadapi tantangan dunia dan gereja. Namun demikian secara khusus KTB juga memiliki tujuan antara lain:
1. Tumbuh semakin dewasa (Ef. 4:13-15),
2. Membangun dasar Kristiani yang kuat (Ef. 4:14),
3. Menjadi serupa dengan Kristus (Ro 8:29),
4. Menggiatkan dan memberi kesanggupan menjadi saksi Kristus (Ro 12:9-10; Filipi 2:1-4),
5. Melatih menjadi "prajurit" yang cakap (Ef. 6:11, II Tim 2:1).

Sifat dan Isi KTB. Aktif dan inisiatif untuk melakukan pelayanan me-rupakan sifat KTB. Sedangkan isi KTB adalah doa, puji-pujian, pemahaman Alkitab, sharing (berbagi rasa/kesaksian) dan proyek ketaatan. Bila melihat sifat dan isi KTB maka diperlukan komitmen untuk tumbuh bersama dalam kelompok itu.

Bila kelompok berkembang, dapat dibuka kelompok baru (sistem pemuridan) dan dapat terikat dalam kelompok awal. Untuk itu perlu diketahui jumlah ideal anggota sebuah KTB. Dalam KTB jumlah ideal-nya 3-5 orang. Ini untuk menjangkau efektivitas kelompok. Selain itu, sebaiknya anggota kelompok juga memiliki jenis kelamin yang sama. Hal ini diperlukan untuk pemecahan masalah pada saat sharing.

Memelihara KTB. Bila terjadi permasalahan pada KTB, haruslah anggota mencari akar permasalahannya dengan melibatkan semua anggota, serta berdoa bersama dan waspada terhadap hal-hal yang dapat merusak kebersamaan. Sehingga kekompakan dan keterbukaan diantara anggota perlu ditumbuhkembangkan. Menunjukkan pengaruh positif diluar kelompok (dilingkungan sekitar) juga diperlukan untuk memeli-hara keberadaan KTB. Agar tidak membosankan, dapat mencari bentuk-bentuk yang variatif, misalnya dengan ditambah ceramah, rekreasi, dan sebagainya.

Dengan adanya penjelasan mengenai KTB, apakah ada kerinduan dihati untuk tumbuh bersama dalam iman ? Bila ada, janganlah berlama-lama lagi marilah bergabung dalam Kelompok Tumbuh Bersama. Akhir-nya marilah kita siapkan hati untuk dapat ambil bagian dalam KTB.

[Diterbitkan dalam Rhema Edisi Oktober 1997]

Kembali


Kelompok Kecil

Sebagai kelanjutan dari artikel yang lalu maka berikut ini disajikan tentang hal-hal yang harus diperhatikan yang merupakan tuntutan dari kelompok kecil dan unsur yang harus ada dalam kelompok kecil.

    Tuntutan Kelompok Kecil

Suatu kelompok kecil ia harus memiliki visi yang jelas misal: bertumbuh atau pemuridan, motivasi yang benar Misal: mau tahu Alkitab dengan baik, atau ingin dapat bertumbuh, dan sebagainya. Lebih lanjut yaitu adanya Prioritas misal: Kelompok kecil lebih prioritas daripada nonton TV. Tuntutan keempat adalah kesetiaan (komitmen), bila sesuai dengan kesepakatan persekutu-an dilaksanakan pada hari Sabtu, maka dengan setia mengikuti pada hari sabtu. Selnjutnya kelompok kecil harus memiliki program yang jelas sebagai contoh pertemuan pertama membahas memulai hidup baru (Bab I MHB), Pertemuan kedua membahas saat teduh (Bab II MHB), Pertemuan ketiga rekreasi dengan latihan vokal dan MC, dan seterusnya. Tuntutan yang tak kalah pentingnya adalah tuntutan keterbukaan. Keterbukaan merupakan prinsip yang harus dimiliki dalam kelompok kecil dalam arti terbuka ke dalam kelompok dan tertutup untuk keluar kelompok. Hal berkaitan dengan sharing.
Misal, A sebagai anggota kelompok kecil memiliki masalah keuangan. Setelah sharing maka B membantu A. Dalam hal ini A harus terbuka dalam permasalahannya dan B beserta anggota kelompok yang lain tidak boleh menceritakan permasalahan A (tertutup) keluar kelompok.

    Unsur-Unsur Yang Penting Dalam Kelompok Kecil
(Kis 2:41-47)

Unsur pertama, Firman Tuhan (ayat 41,42), dalam kelompok kecil harus ada untuk Firman Tuhan, baik berupa pembacaan ataupun penggalian Firman Tuhan. Hal ini dapat digambarkan dengan anak panah vertikal kebawah, artinya Tuhan berbicara kepada manusia.

Unsur kedua, pujian dan doa (ayat 42,47), unsur ini penting dalam persekutuan kelompok kecil karena pujian dan doa sebagai komunikasi manusia kepada Allahnya. Dapat digambarkan dengan panah vertikal ke atas.

Unsur ketiga adalah sharing (ayat 44,45). Sharing dimaksudkan untuk berbagi berkat (kesaksian) dan permasalahan sehingga dapat saling menguatkan dan menyelesaikan masalah. Dapat digambarkan dengan panah horisontal ke dalam.

Unsur terakhir adalah misi. Yang dimaksud di sini adalah adanya kesaksian keluar kelompok sehingga menjadi berkat untuk orang lain diluar kelompok. Misalnya teladan Daniel. Dan dapat digambarkan dengan panah horisontal keluar.

Dengan berakhirnya pembahasan tentang unsur dalam kelompok kecil ini maka pembahasan kelompok kecil selama tiga edisi ini telah berakhir. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan melaksanakan kelompok kecil.

[Diterbitkan dalam Rhema Edisi November 1997]

Kembali

KITA SATU OLEH KASIH

Tahun 1999 ini telah diwarnai dengan berbagai kejadian yang menjurus ke disintegrasi Bangsa Indonesia. Terlepasnya propinsi ke 27 yaitu Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini juga dapat kita jadikan indikator yang menunjukkan kurang adanya persatuan dan kesatuan dalam republik ini. Tentunya menjadi tanda tanya besar bagi kita semua, mengapa setelah 24 tahun bergabung dengan Indonesia masih belum muncul rasa persatuan dan kesatuan tersebut.

Timor Timur bukanlah satu-satunya kasus yang menujukkan indikasi kurang adanya rasa persatuan dan kesatuan itu. Ambon, Sambas, dan Aceh membawa kita pada kesimpulan yang sama yaitu kita masih belum satu. Tentunya akan muncul pertanyaan bagi kita, apa yang mempersatukan kita selama ini ? Dan apa yang dapat mempersatukan kita ? Lambang, semboyan, emosi, budaya, atau masih ada yang lain ?

Di dalam kekristenan pun memerlukan adanya perekat kesatuan dan persatuan, yaitu Kasih. Tanpa mengenal dan memiliki kasih maka sangat mustahil seorang Kristen yang sejati (yang Kristiani) mengerti tentang kesatuan. Ada dua arah kasih yang harus kita pahami sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 22:37-40, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Kasih kepada Allah merupakan kasih kita ke atas (vertikal) dan kasih kepada sesama sebagai kasih yang mendatar (horisontal). Karena itu setiap kita melihat tanda salib tentunya kita diingatkan dengan adanya kasih yang dari atas dan ke atas, serta kasih yang memberi dan menerima dari sekitar kita.

Kasih itu tidak dapat kita ambil salah satu dan mengabaikan yang lain . Manusia tidak akan dapat mengasihi Allah jika ia tidak dapat mengasihi sesamanya manusia (bnd. I Yoh 2:10). Bagaimana kita dapat mengasihi Allah yang tidak nampak oleh kita jika kita tidak dapat mengasihi sesama manusia yang nampak ini (I Yoh 4:20). Kemudian manusia masih berdalih untuk tidak mengasihi sesamanya dengan bertanya-tanya siapakah sesamaku itu ? Tuhan Yesus menjawab semua itu dengan sebuah perumpamaan seperti yang terdapat dalam Injil Lukas 10:25-37.

Demikian juga, apalah artinya kita begitu mengasihi sesama tanpa ada kasih kepada Allah bukankah "orang-orang dunia" melakukan hal yang sama. Bukankah orang yang tidak mengakui Allahpun melakukan hal yang sama. Sekali lagi, kita perlu menyelaraskan bahwa kasih kita adalah kepada Allah dan kepada sesama manusia. Kita tidak dapat mengunggulkan yang satu dan mengabaikan yang lain. Ingatlah bagaimana hukum kasih menyatakannya. Kita diminta untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi sebagai hukum pertama dari hukum kasih, dan hukum kedua yang seperti hukum pertama adalah kita mengasihi sesama manusia.

Tidak ada perekat kesatuan dan persatuan yang lebih kuat selain kasih itu sendiri, sehingga I Kor 13:13 menyatakan bahwa antara iman, pengharapan, dan kasih, yang terbesar adalah kasih. Bagaimanakah dengan kasih itu sendiri ? Bagaimana implementasinya ?

IMPLEMENTASI KASIH.

Implementasi kasih yang tepat seperti yang tertulis dalam Firman Tuhan, salah satunya adalah dalam I Korintus 13:4-9. Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak malakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain,tidak bersuka cita karena ketidakadilan, bersuka cita karena kebenaran,dan sabar menanggung segala sesuatu.

Penerapan kasih yang lain masih cukup banyak, yang terpenting bagi kita saat ini adalah, bagaimana kehidupan kita dapat berlandaskan pada kasih sehingga kita tidak melihat perbedaan sebagai suatu yang perlu dicurigai, tetapi melihat perbedaan sebagai bagian dari keanekaragaman pandangan manusia.(3w)

[Diterbitkan dalam Tutur Kasih Edisi Desember 1999]

Kembali

[Paskah] [Natal] [Pujian] [Lainnya] [Home]